JAKARTA, KOMPAS.com - Budaya menanam pohon akan diperkenalkan sejak dini kepada siswa sekolah dengan memasukannya dalam kurikulum sekolah sebagai salah satu upaya mendukung upaya rehabilitasi dan konservasi hutan dan lahan. Hal itu dikatakan Direktur Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan, Billy Hindra, Minggu (1/1/2012). Billy mengungkapkan, budaya menanam akan disisipkan baik dalam kegiatan kurikuler mau pun ekstra kurikuler.
Menurutnya, memasukkan bidaya menanam pohon dalam kurikulum baik silabus maupun mata pelajaran merupakan salah satu poin penting dalam kesepahaman antara Kementerian Kehutanan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kesepahaman ini salah satunya untuk mendukung penanaman satu miliar pohon. Penandatanganan nota kesepahaman melibatkan berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari pendidikan usia dini, sekolah dasar, sekolah menengah, hingga pendidikan tinggi.
Nota kesepahaman tersebut mulai berlaku sejak ditandatangani dan akan berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak.
"Nantinya, siswa juga diajarkan cara menanam pohon di lingkungan sekolah mau pun lingkungan sekitarnya," kata Billy.
Menurut Billy, pihaknya akan melakukan sejumlah langkah seperti menyiapkan modul atau buku panduan menanam dan materi tentang pentingnya rehabilitasi hutan dan lahan dalam agar terjadi sinkronisasi dalam menyusun mata pelajaran. Selain itu, Kemenhut juga akan menyediakan bibit pohon yang bisa dimanfaatkan oleh pengajar mau pun peserta ajar untuk ditanam.
"Kami punya modul menanam pohon yang bisa dimanfaatkan. Ada juga program Kecil Menanam Dewasa Memanen. Nanti kami juga akan memberikan dukungan penyuluh, yang bisa menjadi guru tamu di sekolah-sekolah," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud, Mustaghfirin Amin, mengatakan, akan segera menerapkan penyisipan budaya menanam. Percontohan awal akan diterapkan pada SMA dan SMK.
"Penyisipan menanam pohon ini segera kami implementasikan. Tahap awal akan kita berikan pada 1.500 sekolah SMA dan SMK percontohan. Untuk anak usia dini dengan menengah, tentu beda cara penyisipannya. Kemudian, untuk materi pelajaran yang disisipkan juga menyesuaikan. Mungkin awalnya disisipkan dalam mata pelajaran biologi, dan ekstra kurikuler," kata Mustaghfirin.
Pada kegiatan ekstra kurikuler, budaya menanam akan diperkenalkan melalui kegiatan seperti Pramuka dan Palang Merah Remaja. Selain itu, kegiatan budaya menanam juga akan dikenalkan melalui kegiatan ko-kurikuler, misalnya, pada majalah dinding.
Ia mengungkapkan, beberapa sekolah yang sudah menjadi pelopor tumbuhnya budaya menanam, di antaranya SMK 57 Jakarta, SMK 1 Bekasi, SMK 1 Sukabumi, SMK Pacet, dan SMK 2 Subang.
Sumber : Kompas.com
0 Comments:
Posting Komentar